Anemone terbagi dalam sebagian type serta cuma dua type yang bakal dipertunjukkan disini : Anemone Nemorosa serta Anemone Blanda. Anemone Nemorosa itu umum dimaksud Wood Anemone, Windflower, European Timbleweed serta Smell Fox.
Anemone Nemorosa
Menyembul dari selah-selah batang pohon
yang telah mati.
Ada yang sendiri.
Ada yang berdua serta …
Bertiga
Yang kecil dengan 6 (terkadang 7) kelopak
bercengkerama dengan serangga kecil.
Yang besar, yang berkelopak delapan, bercanda-ria
Dengan serangga yang semakin besar.
Anemone Blanda atau Greek Windflower itu
memiliki 16 helai kelopak.
Seperti keluarga Anemone Nemorosa,
Anemone Blanda yg tidak ada kaitan
dengan negeri Belanda ini
ada yang hidup serta mekar sendiri,
berpasangan
maupun berkelompok.
Terkecuali berwarna putih,
Anemone Blanda ada pula yang
berwarna biru terang
serta biru ke-ungu-unguan.
Anemone berwarna jelas ini dapat
ada yang hidup berkelompok,
bergandengan,
serta sendirian.
Anemone Blanda yang berwarna putih
ataupun biru ini,
tidak tak sering dihinggapi oleh serangga
yang gemari pada serbuk madu bunga itu.
Menurut Wikipedia, Anemone tak berbau serta tak mempunyai nektar atau sari bunga juga sebagai alat penarik serangga. Sumber yang sama mengemukakan bahwa sebagian pakar peroleh bunga Anemone lakukan penyerbukkan sendiri dalam pengertian serbuk sarinya datang dari bunga yang sama. Masih tetap menurut Wikipedia, pada th. 1985, Shirreffs perlihatkan bahwa bunga ini diserbuki oleh serangga serta kumbang yang datang untuk mengisap madu. (Dalam pengetahuan biologi, momen penyerbukkan dengan perantaraan serangga ini dimaksud entomogami.) Ke-2 gambar paling akhir mungkin saja saja saja saja saja saja saja saja saja bisa berikanlah ilustrasi bahwa ada serangga serta kumbang yang hinggap di bunga Anemone ini.
Serangga tidaklah hanya satu penghubung dalam mensukseskan penyerbukkan serta pembuahan pada tumbuh-tumbuhan. Angin, air serta manusia bisa pula melakukan tindakan juga sebagai penghubung yang telah direncanakan oleh Sang Pencipta untuk keberlangsungan hidup ekosistim. Apa pun atau siapa saja perantaranya, manfaat bunga dalam hal sejenis ini bisa diterangkan “pasif, ” diluar itu angin, air serta manusia bisa dimaksud “aktif” lantaran posisinya yang bisa “bergerak”. Meskipun itu, apabila manusia jadi perantaranya, keaktifan ini yang pasti ada yang memiliki unsur kesengajaan serta ada yang direncanakan. Dengan kekuatan intelektualnya, manusia, pria serta wanita, bisa dikata bisa “mengatur” angin, serangga serta air untuk jadi penghubung. Dengan kata lain, agar bisa berkembang-biak, tanaman memerlukan peran aktif dari manusia, termasuk juga penghubung lain seperti air, serangga serta angin.
Bicara tentang bunga serta wanita, wanitalah yang seringkali diidentikkan dengan bunga, tengah pria, kumbang. Pertanyaannya apakah semuanya wanita ingin serta sukai disamakan dengan bunga yang “pasif? ” Kebiasaan telah mewariskan bahwa prialah yang beli/berikanlah bunga pada wanita tidaklah demikian sebaliknya. Bahkan juga ada ungkapan dalam bhs Inggris yang berbunyi : Say it with flowers.
Pada awal sejarahnya, di zaman Victoria Inggris, bunga (serta tanaman, umumnya yang ada pada pot) dipakai melalui langkah aktif, baik oleh pria serta wanita, untuk buka perasaan serta pikiran mereka. Dalam perubahannya, di negara-negara spesial, umpamanya Indonesia, untuk persoalan bunga ini kelihatannya cuma prianyalah yang bertindak aktif. Tujuannya ada pengertian umum bahwa prialah yang beli serta berikanlah bunga pada wanita. Prialah yang bisa menyampaikan pikiran serta perasaannya lewat bunga. Diluar itu wanita “ditakdirkan” juga sebagai si penerima serta jadi harapan sesuai sama keduanya sama keduanya sama keduanya sama keduanya sama bunga yang direpresentasikan oleh si pemberi. “Pergeseran” rutinitas ini yang pasti tidak terlepas dari tingkah laku customer, faedah media serta advertising gimmicks.
Kembali pada beberapa pemeran aktif dalam penyerbukkan Anemone, air, angin, serta hewan mungkin saja saja saja saja saja saja saja saja saja bisa diterangkan juga sebagai penghubung anonim, yang mungkin saja saja saja saja saja saja saja saja saja tidak sering atau bahkan juga tak pernah bicara, diambil, dicatat ataupun dikilas balik dalam histori melalui langkah khusus. Mereka yaitu “perantara silent” yang terkadang merangkap juga sebagai penikmat bunga. Dilain pihak, manusia juga sebagai penghubung relatif seringkali diidentifikasikan dengan nama serta bahkan juga dihubungkan dengan profesinya sekalian.
Seberapa utamanyakah peran beberapa anonim? Hingga sejauh manakah anonimitas seorang bisa terbangun? Jadi serta mengambil keputusan jadi anonim, telah jadi hak semasing individu serta kita mesti menghormatinya. Anonymous dalam pakem jurnalisme juga berlaku. Kerap kita membaca satu reportase di mana tercatat “dari sumber yang bisa dipercaya” atau “dari seorang yang keberatan namanya tercatat. ” Apakah keakuratan sumber berita itu serta-merta kita ragukan? Yang pasti kita tidak bisa tutup mata pada fakta di mana ada persoalan anonimitas yg tidak bisa dihandalkan serta tak dapat dipertanggung-jawabkan dengan kata lain fiktif, non-existing, yang bukannya membawa nikmat, namun sengsara bahkan juga huru-hara.
Kadang-kadang kita juga membaca serta saksikan wawancara yang beberapa sifatnya off the record, masih tetap adakah celah untuk mempublikasikannya? Nara sumber kadang-kadang butuh untuk mengemukakan posisinya berkenaan dengan komentar atau alasan yang di berikanlah dengan menyampaikan bahwa tulisannya atau gagasannya yakni pendapat pribadi serta tak mewakili lembaga atau afiliasi yang berkenaan dengan dianya.
Pendapat atau komentar yang anonim bisa untungkan untuk komentator serta yang dikomentari. Kritik atau pujian dapat dilancarkan dengan cocok, gawat serta pas pada maksud (baca : pada esensi tulisan), tak ada dibayangi oleh rasa ewuh-pekewuh, rasa tidak nyaman serta terlepas dari “kebudayaan” lip-service dalam buka pendapat kita pada wacana yang tengah dibicarakan.
Saat mencari lirik serta judul lagu seperti diambil dimuka tulisan ini, terkuaklah sedikit manfaat serta peran dari anonim ini, yang diawali dari pencarian lirik lagu Mawar Merah sampai “bersirobok” dengan Jacques Derrida. Dalam satu diantara tulisannya di SmritaCharita yang berjudul Derrida Tidak ada Akhir, si penulis, Maya Notodisurjo, menyampaikan :
“Anonimitas lawan bicara dalam banyak persoalan yaitu satu hal yang bagus, lantaran buat kita lebih konsentrasi pada tulisannya. Kurangi bias dari persepsi kita perihal siapa yang bicara. ”
Juga sebagai berikanlah, apabila kita betul-betul mau mencerdaskan bangsa serta negara, mau mengajak satu kominitas untuk membudayakan menulis serta keluarkan pendapat, mau belajar berdemokrasi, selaiknyalah kita berikanlah kebebasan untuk berargumentasi yang “bebas” serta “sehat” tak ada terbelenggu oleh beberapa batasan yang mengikat kita dalam ketidaksamaan senioritas, gender, bertempat, dan atribut yang lain.
Mengulas tentang Perang Melawan Kebodohan, Rajawali menulis di Apakabar serta menyimpulkan : “Jadi anonimitas itu atribut paling penting buat perlindungan kebebasan beradu kepala. ”
source:
Toko Jual Bunga Krans Duka Cita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar