Kamis, 21 Januari 2016

Asal Usul Bunga Kemuning

Sehari, dapur istana sangat berantakan. Isi panci tumpah, tempat sampah di atas meja, tepung berantakan, dan cipratan saus rata penuhi tembok.

“Ya Tuhaaan, ” seru seorang pelayan.

Beberapa pelayan wanita dan lelaki datang. Muka mereka melongo saksikan keadaan dapur istana. Sembilan orang putri tampak coreng-moreng dengan kecap, dan taburan tepung di rambutnya. Mereka tertawa cekikikan, lalu kabur dari dapur, dan berkubang di danau dekat istana.

Selalu sekian setiap harinya. Ada saja tingkah sembilan putri yang buat semuanya pelayan istana kelabakan. Mulai mencorat-coret dinding istana, mencabuti bunga di taman, hingga membasahi lantai aula untuk main perosotan.

“Bandel sekali mereka! ” gerutu satu di antara pelayan sambil menggosok-gosok dinding dapur.

“Seandainya mereka tidaklah putri raja, pasti sudah kujewer satu-satu telinganya! ” sungut pelayan lain sambil menyapu tepung dan sampah yang berantakan.

“Seandainya mereka bersembilan itu memiliki sinyal tanda yang baik seperti adik bungsunya, pasti kita bisa bekerja dengan tenang, ” kata seorang pelayan lelaki yang ribet mengepel lantai.

Ya. Sembilan putri raja yang nakal itu memiliki seorang adik bungsu yang baik hati. Putri Kuning namanya. Sang Ayah memberinya nama dengan warna, agar mudah tahu anaknya. Putri-putrinya yang lain bernama Putri Jambon, Putri Hijau, Putri Biru, Putri Nila, Putri Kelabu, Putri Oranye, Putri Merah Merona, dan Putri Ungu.

Putri Jambon yakni si sulung. Nakalnya minta ampun. Dialah yang selalu memimpin adik-adiknya menjahili seluruhnya warga istana.

Mereka jadi sangat nakal, karena tidak memiliki seorang ibu. Permaisuri Werana telah meninggal dunia dunia dunia dunia dunia saat melahirkan Putri Kuning. Sebentar, Raja sering pergi ke luar kerajaan dengan bermacam permasalahan. Putri-putri dirawat oleh inang istana. Namun, inang-inang yang buat perlindungan tidak bisa mengatur kenakalan mereka. Mereka hanya patuh jika sang Ayah tengah di istana.

Waktu ini, Putri Kuning tengah membantu bersihkan taman istana. Dia menyapu daun kering yang berguguran. Mendadak, sembilan kakaknya melintas dan menendang daun kering yang sudah susah-payah dikumpulkan. Mereka tertawa terbahak-bahak sambil mengejek adiknya.

“Lihatlah, kita memiliki pelayan baru! ”

Putri Kuning diam. Ia tahu, tidak ada faedahnya melawan kakak-kakaknya.

Di hari yang lain, Raja pamit bakal pergi jauh. Ia menanyai anaknya satu per satu, benda yang mereka kehendaki sebagai oleh-oleh.

“Aku mau baju sutera, ” kata Putri Jambon.

“Aku mau gelang emas, ” sahut putri Merah Merona.

Sembilan putri keduanya sama berebut menyampaikan keinginannya.

“Kalau anda, Kuning? ” kemukakan pertanyaan Raja saksikan Putri Kuning yang diam saja.

“Aku hanya ingin Ayah kembali dengan sehat dan selamat, ” jawabnya.

Raja bahagia mendengar kalimat anak bungsunya itu. Ia mengelus rambut putri Kuning lebih dulu pergi. Saudara-saudaranya makin membencinya.

Demikian hari kemarin, Raja pulang membawa oleh-oleh untuk sepuluh putrinya.

“Kuning, maafkan Ayah. Sulit sekali mencari kalung permata berwarna kuning. Ini kalung bermata hijau untukmu, ” kata Raja.

“Terima kasih, Ayah. Tidak mengapa. Ayah kembali dalam keadaan sehat saja saya sudah bahagia, ” jawab Putri Kuning lalu gunakan kalungnya.

Sehari waktu Putri Hijau saksikan kalung Putri Kuning yang indah, ia iri dan ingin memilikinya. Ia menghasut kakak-kakaknya agar membantu merebut kalung itu.

“Hei, kembalikan kalungku. Anda merebutnya dariku, ” seru Putri Hijau waktu Raja tengah tidak ada di istana.

“Ini kalungku. Ayah memberikannya padaku, ” jawab Putri Kuning.

“Kamu pasti mengambil dari kamarnya, ” bentak Putri Kelabu.

Jalan perebutan kalung di antara mereka. Putri Kuning senantiasa berusaha buat perlindungan kalung pemberian ayahnya. Putri Jambon mendorong Putri Kuning sekuat tenaga hingga terjatuh dan kepalanya terantuk batu. Kepalanya berdarah.

“Oh, tidak! ” seru Putri Nila kuatir saksikan adiknya tidak bergerak lagi.

“Bagaimana ini? ” kata Putri Biru ketakutan.

Seluruhnya putri sangat ketakutan. Mereka juga mengubur jasad adiknya di dekat danau dan berjanji merahasiakannya dari Sang Ayah.

Sehari waktu Raja pulang, ia mencari-cari ke mana sangkaannya putri kesayangannya. Ia memerintah pengawal istana mencari ke semuanya pelosok negeri. Namun setelah berbulan-bulan, lalu nihil. Putri Kuning tidak di kenali. Raja sangat sedih.

Untuk singkirkan kesedihannya, Raja berjalan-jalan ke danau istana. Di sana ia dapatkan bunga baru yang tumbuh di atas kuburan sang Putri. Warnanya putih kekuningan dengan batang laksana jubah dan daun membulat seperti kalung permata. Baunya harum sekali. Bunga itu mengingatkan Raja pada putrinya.

“Akan kunamai bunga ini Kemuning, ” gumam Raja.

Bunga itu sesungguhnya banyak faedahnya. Batangnya bisa menjadikan wadah yang indah, bunganya untuk mengharumkan rambut, dan kulit kayunya bisa digunakan bedak. Sesungguhnya, meskipun sudah mati, Putri Kuning tetap masih berikanlah kebaikan.
source:
hadiah valentine untuk laki laki Jakarta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar