Minggu, 21 Februari 2016

Dongeng Asal-Usul Terbentuknya Bunga Kemuning

Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia sekian ribet dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak bisa untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal dunia dunia dunia dunia waktu melahirkan anaknya yang bungsu, sampai anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri raja jadi manja dan nakal. Mereka hanya gemari bermain di danau. Mereka tidak mau belajar dan tidak mau membantu ayah mereka. Pertikaian sering jalan di antara mereka.
Kesepuluh puteri itu diberi nama dengan sebagian nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri Jambon. Adik-adiknya diberi nama Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning. Baju mereka juga berwarna sama saja dengan nama mereka. Demikian, sang raja yang sudah tua dapat tahu mereka dari jauh. Walaupun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan serta tersenyum ramah pada siapapun. Ia lebih gemari pergi dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.
Disuatu hari, raja bakal pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. “Aku bakal pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian kehendaki? ” kemukakan pertanyaan raja.
“Aku kehendaki perhiasan yang mahal, ” kata Puteri Jambon.
“Aku kehendaki kain sutra yang berkilau-kilau, ” kata Puteri Jingga.
 9 anak raja memohon hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Tetapi lain tentang dengan Puteri Kuning. Ia pikirkan sebentar, lalu memegang lengan ayahnya.
“Ayah, saya hanya kehendaki ayah kembali dengan selamat, ” katanya. Kakak-kakaknya tertawa dan mencemoohkannya.
“Anakku, sungguh baik perkataanmu. Pastinya saya akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu, ” kata sang raja. Tak lama
lantas, raja juga pergi.
Selama sang raja pergi, sebagian puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena ribet menuruti hasrat sebagian puteri yang rewel itu, pelayan tak pernah bersihkan taman istana. Puteri Kuning demikian sedih memandangnya karena taman yakni tempat yang paling disayangi ayahnya. Tidak ada ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai bersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Pada awalnya inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetaplah berkeras mengerjakannya.
Kakak-kakak Puteri Kuning yang saksikan adiknya menyapu, tertawa keras-keras.
“Lihat kelihatannya kita memiliki pelayan baru, ” kata seorang satu diantaranya.
“Hai pelayan! Masih tetap ada kotoran nih! ” papar seorang yang lain sambil melemparkan sampah.
Taman istana yang sudah rapi, kembali berantakan. Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampah-sampah itu. Momen itu jalan berulang-kali sampai Puteri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa rasakan penderitaan sebagian pelayan yang dipaksa mematuhi bermacam perintah kakak-kakaknya.
“Kalian ini sungguh keterlaluan. Harusnya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian. Bisanya hanya mengganggu saja! ” Kata Puteri Kuning dengan berang.
“Sudah ah, saya bosan. Kita mandi di danau saja! ” ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning seorang diri. Sekianlah yang jalan setiap harinya, sampai ayah mereka pulang. Waktu sang raja tiba di istana, kesembilan puterinya masih tetap bermain di danau, sebentar Puteri Kuning tengah merangkai bunga di teras istana. Tahu hal sejenis itu, raja jadi demikian sedih.
Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tidak bisa berikanlah apa-apa kecuali kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu! ” kata sang raja. Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di sebagian negeri, namun benda itu tak pernah diketemukannya.
“Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau juga cantik! Saksikan, pas benar dengan bajuku yang berwarna kuning, ” kata Puteri Kuning dengan lemah lembut.
“Yang paling utama, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah, ” ucapnya lagi. Waktu Puteri Kuning tengah buat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut mencari hadiah dan keduanya sama menunjukkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri Kuning, terutama kemukakan pertanyaan hadiahnya.
Keesokan hari, Puteri Hijau saksikan Puteri Kuning memakai kalung barunya.
“Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Harusnya kalung itu jadi milikku, karena saya yakni Puteri Hijau! ” katanya dengan perasaan iri.
“Ayah memberikannya padaku, tidaklah kepadamu, ” sahut Puteri Kuning. Mendengarnya, Puteri Hijau jadi berang. Ia selekasnya mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka.
“Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarnyaberbuat baik! ” kata Puteri Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Puteri Kuning terlihat. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka, pukulan itu menyebabkan Puteri Kuning meninggal dunia dunia dunia dunia.
“Astaga! Kita harus menguburnya! ” seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi. Waktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakak-kakaknya juga diam seribu bhs. Raja demikian berang. “Hai sebagian pengawal! Mencari dan temukanlah Puteri Kuning! ” teriaknya.
Pastinya tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja demikian sedih. “Aku ini ayah yang buruk, ” katanya. ” Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti! ” Jadi ia juga kirim puteri-puterinya untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih fikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.
Sehari, tumbuhlah satu tanaman di atas simpan Puteri Kuning. Sang raja heran memandangnya. “Tanaman apakah ini? Batangnya seperti jubah puteri, daunnya bulat bersinar seperti kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan demikian wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.! ” kata raja dengan sukai. Sejak mulai itu bunga kemuning peroleh namanya. Bahkan, bunga-bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk buat kotak-kotak yang indah, tengah kulit kayunya di buat orang jadi bedak. Setelah mati juga, Puteri Kuning masih tetap berikanlah kebaikan.
source:
Toko Bunga Kalideres Jakarta Barat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar