Bunga tulip selalu diidentikkan dengan negara Belanda. Sebagian ribu wisatawan datang ke Belanda hanya untuk mengagumi akan akan bakal akan bunga yang cantik dan berwarna cerah ini, yang banyak ditanam di taman-taman negara Kincir Angin itu. Kota Keukenhof di Belanda, semasing tahunnya bahkan dikunjungi sekitar 800. 000 orang dari seluruhnya dunia yang ingin saksikan keindahan berbagai bunga tulip dalam Festival Tulip yang diselenggarakan semasing th. di kota itu. Tak heran tetap masih sebagian orang yang beranggapan bahwa bunga tulip yakni bunga asli dari Belanda.
Bunga tulip sebenarnya tidaklah bunga asli Belanda, karena sebenarnya bunga ini datang dari Asia Tengah dan Belanda sebenarnya berhutang budi pada kekhalifahan Islam Ustmaniyah di Turki, karena atas peran kekhilafahan Islam inilah Belanda sekarang ini jadi popular karena bunga tulipnya.
Bunga tulip sebenarnya bunga liar yang tumbuh di tempat Asia Tengah. Sebagian orang Turki yang pertama kalinya membudidayakan bunga ini pada dimuka th. 1000-an dan waktu pemerintahan kekhalifahan Ustmaniyah, terutama waktu kekuasaan Sultan Ahmed III (1703-1730) bunga tulip melakukan tindakan paling utama, sampai waktu Sultan Ahmed III disebut juga sebagai “Era Bunga Tulip. ”
Waktu itu, istana Sultan memiliki satu dewan khusus untuk membudidayakan bunga-bunga tulip. Dewan itu dipimpin oleh seorang Turki yang juga kepala perangkai bunga istana yang tugasnya berikanlah penilaian pada kualitas bermacam tipe bunga tulip dan berikanlah nama yang indah dan puitis untuk bunga-bunga itu salah satunya dengan nama “Those that burn the heart”, “Matchless Pearl”, “Rose of colored Glass”, “Increaser of Joy”, “Big Scarlet”, “Star of Felicity”, “Diamond Envy”, or “Light of the Mind”.
Hanya bunga-bunga yang memiliki kualitas sempurna yang dimasukkan dalam daftar sebagian type bunga tulip itu, yaitu bunga tulip yang penuhi standard dari ukuran tinggi dan kerampingan kelopak bunganya, bentuk helaian kelopaknya lancip dan jarak antar helaiannya sempit. Helaian kelopaknya harus halus tetapi kuat, satu warna, ukuran lebar dan panjangnya pas. Tiga ratus th. lantas, komune holtikultura Belanda dan Inggris kemukakan baru pikirkan untuk kerjakan klasifikasi bunga tulip yang sudah diakukan jauh pada awalnya oleh ahli perangkai bunga Turki di kesultanan Ahmed III.
Bunga tulip baru dikenal di Belanda waktu ke-16 dan jadi sangat popular di grup beberapa orang kelas atas di negeri itu. Kata “tulip” sendiri datang dari bhs Turki yang bermakna “sorban”, sejenis kain yang dililit untuk menutupi kepala. Tidak di kenali kapan persisnya negara Kincir Angin itu mulai membudidayakan bunga tulip itu, tetapi disebut-sebut bunga tulip mulai dibawa ke Belanda pada sekitar th. 1550-an oleh kapal-kapal yang datang dari Istanbul.
Dokumentasi pertama tentang penanaman bunga tulip bertahun 1954 di Kebun Raya Universitas Leiden. Menurut catatan itu, bunga tulip yang ditanam di kebun raya universitas Leiden dibawa oleh Carolus Clusius dari Wina, Austria, penanggungjawab taman istana di Austria. Waktu itu, efek budaya Turki sangat kuat di Austria terutama dari style gunakan baju yang oriental dan rutinitas minum kopi.
Masuk waktu ke-17, perekonomian Belanda tumbuh cepat dan mengakibatkan persaingan pada pengagum bunga tulip. Mereka berlomba-lomba mencari bunga tulip yang paling indah dan tidak segan-segan membayar dengan harga mahal untuk beli bunga tulip itu. Harga bunga tulip di Belanda juga makin mahal, bahkan kabarnya ada tipe bunga tulip yang harga nya sama saja juga dengan harga satu rumah. Th. 1635, satu set bunga tulip yang beberapa 40 tangkai dijual dengan harga 100. 000 florin, banding dengan pendapatan grup kelas menengah waktu itu di Belanda yang hanya 150 florin.
Th. 1636, usaha bunga tulip jadi salah satu usaha yang perdagangan yang masuk dalam bursa saham dan diminati sebagian orang. Grup pengusaha ikhlas jual tanah, rumah dan harta bendanya untuk berinvestasi di usaha bungan tulip. Tipe bunga tulip yang sangat popular saat itu yakni tipe tulip yang bernama Viceroy, yang harga nya bisa sebagian ribu florin. Belanda mengemukakan fenomena “demam tulip” ini dapat juga sebagai fenomena “wind trade” (perdagangan kontrak tulip) yang murni diakukan dengan spekulasi. Ironisnya, waktu keemasan usaha bunga tulip di Belanda hanya jalan setahun, karena pada th. 1637 pasar bunga tulip jatuh dan harga bunga tulip ikut melorot.
Sampai hari ini, makna “tulip mania” atau “tulipomania” atau “kegilaan tulip” tetap masih digunakan sebagai makna untuk menggambarkan goncangnya perekonomian karena munculnya spekulan disuatu hal trend usaha yang sifatnya untung-untungan. Walaupun cerita di balik “tulip mania” ini sedikit memalukan, tetapi Belanda selalu gemari pada tulip dan sebagian orang yg tidak ingat bahwa tulip-tulip yang indah dan cantik itu hasil budidaya dari saat kekhilafahan Islam Turki Utsmani
source:
Toko Bunga Karangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar