Rabu, 30 September 2015

GADIS DENGAN SETANGKAI BUNGA MAWAR

John Blanford berdiri tegak diatas bangku di Stasiun Kereta Api sembari saksikan ke arah jarum jam, jam 6 kurang 6 menit. John tengah menanti seseorang gadis yang dekat di hatinya, namun dia tak tahu berwajah. Seseorang gadis dengan setangkai mawar.

Makin lebih satu tahun saat itu, John membaca buku yang dipinjam dari perpustakaan. Rasa mau tahunya terpancing waktu ia saksikan coretan tangan yang halus di buku itu. Yang memiliki terdahulu buku itu yaitu seseorang gadis bernama Hollis Molleoin.

Hollis tinggal di New York serta John di Florida. John coba menghubungi sang gadis serta mengajaknya untuk keduanya sama bersurat. Sekian hari tempo hari, John di kirim ke medan perang, Perang Dunia II. Mereka selalu keduanya sama menyurati sepanjang nyaris 1 th.. Semasing surat seperti seperti bibit yang jatuh di lantai yang subur dalam hati semasing serta menumbuhkan hubungan cinta diantara mereka.

John berulang-kali meminta supaya Hollis mengiriminya satu photo. Walaupun itu sang gadis senantiasa menampik.

“Kalau perasaan cintamu tulus, John. Bagaimanapun paras saya akan tidak merubah perasaan itu. Apabila saya cantik, sepanjang hidup saya bakal kemukakan pertanyaan kemukakan pertanyaan apakah mungkin saja saja saja saja saja saja saja saja saja saja saja perasaanmu itu cuma karena kecantikan saya saja. Apabila saya biasa-biasa atau condong buruk, saya takut anda selalu menulis cuma lantaran anda terasa kesepian serta tak ada orang lain lagi tempat anda mengadu. Jadi, baiknya anda tak perlu tahu paras saya. Sekembalinya anda ke New York, kita bakal bersua muka. Waktu itu, kita bakal bebas berikanlah keyakinan apa yang bakal kita kerjakan. ” kata sang gadis.

Mereka berdua buat janji untuk bersua di Stasiun Pusat di New York pada jam 6 sore sesudah perang selesai.

“Kamu bakal tahu saya, John. Lantaran saya bakal menyematkan setangkai bunga mawar merah pada kerah pakaian. ” Kata Hollils.

Jam 6 kurang 1 menit, sang perwira muda makin gelisah. Mendadak, jantungnya terasanya nyaris copot, dilihatnya seseorang gadis yang sangatlah cantik berbaju hijau melalui di depannya, badannya langsing, rambutnya pirang bergelombang, matanya biru seperti langit, luar umum cantiknya.

Sang perwira mulai menyusul sang gadis, dia bahkan juga tak menghiraukan fakta bahwa sang gadis tak pakai bunga seperti yang sudah di setujui. Cuma tinggal 1 langkah lagi saat John saksikan seseorang wanita berumur 40 th. pakai sekuntum mawar merah di kerahnya. “O… itu Hollis!!! ”

Rambutnya telah mulai beruban serta agak gemuk. Gadis berbaju hijau nyaris menghilang. Perasaan sang perwira mulai merasa terdiri dua, ia mau lari menguber sang gadis cantik. Di segi lain, ia tidak mau menghkhianati Hollis yang lembut serta sudah rekaninya sepanjang hidup perang.

Tak ada pikirkan panjang, John jalan hampiri wanita yang berumur 1/2 baya itu serta menyapanya. “Nama saya John Blanford, Anda yang pasti Nona Hollis. Bahagia sekali dapat bersua dengan Anda. Maukah Anda makan malam berbarengan saya? ”

Sang wanita tersenyum ramah serta berkata, “Anak muda, saya tidak paham apa makna seluruhnya ini. Namun seseorang gadis berbaju hijau yang barusan melalui memaksa saya untuk pakai bunga mawar ini serta dia menyampaikan apabila Anda mengajak saya makan, jadi saya disuruh untuk memberi tahu Anda bahwa dia menanti Anda di restoran di ujung jalan ini. Tuturnya seluruhnya ini cuma untuk menguji Anda. ”

Kita tak dapat betul-betul yakini bakal satu hal, saat sebelum hal sejenis itu diuji. Seperti saat kita mesti melalui ujian supaya dapat dnyatakan kuasai satu pengetahuan. Obat bakal diuji saat sebelum disadari serta dipakai.

Demikian pula dengan perasaan cinta.
source:
http://www.tokobungadibekasi.com/toko-jual-bunga-online-murah-di-bekasi-selatan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar